Selasa, 14 Juni 2011

Refleksi

HUMA BETANG - Desa Tumbang Olong, Kecamatan Uut Danum, Kabupaten Murung Raya. Foto diambil pada November 2011.




Pancasila dan Falsafah Huma Betang

Oleh: Vivin Gusta

Puncak peringatan Hari Kebangkitan Pancasila tahun 2011 ini menjadi babak  sejarah baru bagi Provinsi Kalimantan Tengah. Di momen yang diprakarsai Yayasan Indonesia Satu sekaligus memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni,   Bumi Tambun Bungai pun mengikrarkan diri menjadi Bumi Pancasila disaksikan 10 tokoh nasional yang hadir untuk menerima Penganugerahan Pemimpin Pancasila.

Ikrar Bumi Tambun Bungai menjadi Bumi Pancasila ini seakan menggelitik kembali “rasa” ideologi Negara yang belakangan ini “rasa” kelima silanya seakan memudar. Dalam hal pengejawantahannya dalam diri manusia Pancasila.

Ups, mungkin lebih tepat bila dikatakan dalam diri oknum yang tak memilih Pancasila sebagai ideologinya. Kalaupun memilih, tidak menerapkan nilai ideologi itu  dalam kesehariannya.

Contoh paling gampang, hambarnya “rasa” sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa bagi sebagian kalangan, akibat ulah oknum-oknum tertentu. Dimana kebebasan beribadah dan memuja Tuhannya masih tersendat-sendat, baik karena sentimen fanatisme keagamaan yang mengejawantah dalam aturan setempat serta dianggap masih merugikan pemeluk agama tertentu. Atau sebaliknya fanatisme dalam aliran agama yang sama namun tetap saling mencederai karena tidak bisa mewujudkan sila pertama dan kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab.  Bukankah nilai-nilai keimnanan yang dimiliki semua agama, tak jauh berbeda dengan penjabaran dalam Pancasila?

Sebagian kalangan menilai ikrar Kalteng menjadi Bumi Pancasila ini tepat, sebab senada dengan Falsafah Huma Betang yang maknanya mirip dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila.

Dalam Filosofi Huma Betang, ada semangat gotong royong, kebersamaan, toleransi, solidaritas, soliditas yang mampu merekatkan berbagai suku dan agama yang berbeda-beda, dapat hidup rukun di Bumi Tambun Bungai ini. Falsafah hidup ini pula yang kerap didengungkan sampai ke dunia internasional terkait dengan anugerah ilahi di bidang kekayaan alam dalam kandungan Bumi Tambun Bungai. 

Bisa dikatakan, Kalteng kini memang terus mendapat perhatian, bukan saja di tingkat nasional tapi juga dunia internasional. Contoh konkrit, lirikan investor internasional untuk menanamkan uangnya di bidang pertambangan dan perkebunan, setelah kekayaan “emas hijau” tak lagi menjadi idola. 

“That’s very interesting. I want to know more about your province (itu sangat menarik, saya ingin tahu tentang provinsimu lebih banyak, Red).” Ucap seorang rekan asal Ohio, Amerika berkebangsaan Inggris setelah mendengar cerita tentang kekayaan alam di Kalteng kandungan bumi seperti emas, zirkon, dan batubara. Ketertarikan rekan asing ini bukan sekedar basa basi, mengingat latarbelakangnya yang sukses berbisnis emas di Afrika Selatan pada 2009 lalu. Ini hanya satu contoh kecil, bagaimana kekayaan alam kita menarik hati orang lain.


Sekarang tentunya berpulang pada anak negeri ini, bagaimana menghidupkan keimanan masing-masing, dilengkapi dengan ideologi yang ada dan falsafah hidup bermasyarakat untuk menjaga anugerah Tuhan. Hingga muaranya pada peningkatan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud, termasuk lewat jalur investasi tanpa menjadikan anak negeri buruh di tanahnya sendiri. Tentunya ini perlu didukung dengan kebijakan keputusan pemerintah pusat, maupun daerah yang mau berkaca pada hati nurani. (*)


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar