Penulis: VIVIN GUSTA
Foto: VIVIN GUSTA
Lokasi: Borobudur, Juni 2012
|
Setelah bertahun-tahun tak menyapa kawasan
wisata budaya Borobudur. Liburan kali ini penulis bisa kembali melihat rekam
jejak sejarah di candi yang terletak di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa
Tengah.
Nah, dari Kota Jogja menuju candi Borobudur memerlukan waktu sekitar satu jam lebih. Candi ini sendiri terletak sekitar satu kilometer dari pintu gerbang masuk lokasi salah satu warisan budaya dunia yang dilindungi United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization (UNESCO). Sepanjang jalan ada pusat informasi dan museum.
Kali ini tiap pengunjung
dikenai tiket masuk senilai Rp30 ribu. Uniknya, sejak beberapa waktu tiap
pengunjung diwajibkan menggunakan kain batik. Sebelum masuk ke areal halaman
candi, pengunjung juga diperiksa dengan semacam metal detektor.
“Maaf, kalau Mbak mau naik
ke candi harus menggunakan kain batik,” sapa salah seorang petugas di dekat
pintu masuk ke-2 ke bagian candi.
Dengan agak bingung saya pun
menyebut, tidak membawa batik. Kembali petugas pria ini mengatakan jika di
pihak pengelola sudah menyediakan kain batik, yang jika disampirkan di pinggang
panjangnya di bawah lutut/di atas lutut (tergantung tinggi tubuh pemakai).
Istilahnya, Sarungisasi Borobudur.
“Tujuannya untuk
melestarikan batik, dan diharapkan para pengunjung lebih mencintai batik salah
satu kebudayaan asli Indonesia. Malahan turis asing juga senang menggunakan
batik,” paparnya lagi.
Nah, pertanyaan seputar candi dapat ditanyakan kepada
pusat informasi yang ada dikomplek candi, terkadang terdengar pemberitahuan
kepada pengunjung dalam bahasa Inggris. Terik matahari tidak menjadi penghalang
untuk menikmati mahakarya wangsa Syailendra ini. Selain kemegahan candi, ada
hal lain yang memancing rasa penasaran pengunjung, yaitu mitos di candi ini.
Beberapa mitos yang
beredar di masyarakat sekitar candi. Mitos yang paling terkenal adalah Kunto
Bimo, yaitu arca dalam stupa yang konon dapat mengabulkan permintaan. Mitos mengenai Singa Urung, yaitu sebutan masyarakat sekitar untuk
sepasang arca singa pada sebelah kanan dan kiri tangga naik candi. Menurut
cerita, sepasang kekasih yang lewat di antara kedua arca tersebut hubungannya
tidak akan sampai pada jenjang pernikahan.
Ingin Cepat Lulus, Peluk Tugu Jogya
Menjelang sore, saya kembali ke kota Gudeg, beristirahat sejenak di hotel kawasan
Malioboro. Cukup banyak hotel murah di daerah ini dengan rate Rp100-200 ribu permalam.
Apalagi berjalan di kawasan sepanjang satu kilometer ini cukup menyegarkan, berbagai
macam orang hilir mudik, baik wisatawan lokal hingga mancanegara. Hanya saja untuk
berbelanja di kawasan ini harus cukup lihai tawar menawar. Salah satu tempat yang
murah untuk berbelanja adalah Pasar Beringharjo yang juga terletak di Jalan
Malioboro.
Pilihan penganan
di Jogja pun sangat bervariasi, pilihan seperti makan di lesehan hingga makan
di angkringan dapat ditemui hampir di seluruh bagian kota ini. Jelang tengah malam, jalan-jalan berlanjut
ke spot yang selalu dihampiri untuk berfoto. Yaitu Tugu Jogja yang pada awalnya
bernama Golog Giling, tugu ini terletak tepat berada ditengah perempatan jalan
besar, salah satunya Jalan Mangkubumi yang menuju ke Jalan Malioboro. Biasanya
pada malam hari banyak anak muda yang berfoto-foto riang di depan ataupun
samping, jadi tidak heran hingga dini hari tugu ini masih ramai.
Mitos ini telah berkembang
di kalangan mahasiswa sejak dahulu kala adalah bila memeluk tugu ini maka ia akan segera lulus. Selain
tugu, ada pula pemandangan lain disekitar daerah ini yaitu patung Punakawan
yang juga menarik untuk diabadikan selain tugu Golog Giling. Tak
heran hingga tengah malam bahkan menjelang subuh, kawasan ini sering jadi jujugan wisatawan untuk
berpose.
Mendekati dini
hari saat para penjual berangkat ke pasar, saat ini pula kawasan tugu mulai
sepi. Waktu menunjukan pukul 02.30, perut terasa lapar tidak masalah,
angkringan dan warung bubur kacang ijo (burjo) buka 24 jam masih mudah ditemui
di Jogja.
Jalan-jalan di
Malioboro,mengunjungi candi Borobudur, berfoto ria di tugu Golog Giling, hingga
nongkrong di angkringan menikmati sate jamur dan sate usus menjadi pengalaman
menyenangkan berkunjung ke kota Jogja. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar