Ditanya SBY Soal Gigi, Dijawab Itu Khas Orang Kalimantan
Kehadiran Menteri Negara Lingkungan Hidup (Meneg LH)
Gusti Muhammad Hatta di kantor Jalan DI Panjaitan, Kebon Nanas Jakarta Timur
membawa suasana segar bagi seluruh staf. Setidaknya kedekatan yang pernah
dijalin pendahulunya Rahmat Witoelar diyakini tak akan hilang.
SEVENTIN G –
JAKARTA
Upacara serah terima jabatan (sertijab) di lingkungan
Kementerian Negara Lingkungan Hidup (LH), sekitar pukul 14.30 WIB dipenuhi
derai tawa, Jumat (23/10). Rupanya, menteri baru ini mampu mengemas
sentilan-sentilan terhadap departemen yang bakal dipimpinnya dengan kemasan
humor. Bahkan motivasi yang diberikan pada dikemas dalam lontaran-lontaran
segar.
“Saya tahu Departemen Lingkungan Hidup ini minim dana,
tapi banyak amalnya,” ucap Gusti yang dikenal sebagai Guru Besar Universitas
Lambung Mangkurat (Unlam), Banjarmasin Kalimantan Selatan (Kalsel).
Amal yang dimaksud adalah upaya departemen untuk
menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan, dengan jumlah dana yang minim.Gaya bicara yang segar ini
pun tetap mewarnai percakapan ringannya dengan Kalteng Pos dan Indopos (Dedi
Mirza) di ruang tamu kantornya.
Sesekali tawa ringan menyelingi ceritanya di awal-awal
mendapat telepon dari Hatta Rajasa (Menteri Sekretaris
Negara waktu itu), hingga diwawancarai langsung oleh Susilo Bambang Yudhoyono
(SBY).
“Saya sangat terkesan dengan presiden yang cara bicaranya
sangat santun,” ujar suami Ir Hj Violet MP yang juga menjadi dosen fakultas
Kehutanan Unlam.
Namun ia mengaku perasaannya bagai diaduk-aduk, setelah
ada penundaan pengumuman tentang menteri Kabinet Indonesia
Bersatu (KIB) Jilid II. Sebab, ia takut
malu kerena sudah sering masuk televisi. Terutama di kampung halamannya. Karena
hampir tiap hari, gambar rumahnya di Komplek Beringin Gg Durian No. 10 RT 27/05
Banjarmasin selalu disorot televisi lokal.
Apalagi ia sempat
dikonfirmasi tentang hasil medical check-up Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat
(RSPAD) Gatot Subroto. Secara keseluruhan hasil cek kesehatannya bagus. Hanya
saja susunan gigi geliginya sempat ditanyakan. Secara samar gusti mengaku
mendengar dokter menyebut ada abrasi di
giginya.
“Begitu dikatakan gigi saya ada abrasi, saya langsung
berpikir berarti ada gigi yang sisa sepanggal
(tidak utuh, Red),” cerita lulusan doctor dari Waginingen, Belanda ini yang
sesekali menyelingi ceritanya dalam Bahasa Banjar.
Menjawab ini, dengan polos Gusti pun berkata kepada
SBY, jangan mempersoalkan soal gigi orang Kalimantan.
Pasalnya, kondisi alam terutama air di tanah Kalimantan
kebanyakan mengandung kadar asam tinggi yang mau tak mau mempengaruhi kondisi
gigi.
“Saya bilang sama presiden gigi rata-rata orang Kalimantan itu khas, hampir sama, karena kadar airnya
banyak mengandung asam,” terang Gusti sembari tertawa mengenang keberaniannya
berargumen dengan presiden.
Hingga pertemuan akhirnya dengan SBY, Gusti mengaku
belum punya gambaran departemen apa yang bakal dipimpinnya. SBY menyebut bisa
saja di departemen kehutanan bisa juga di lingkungan hidup.
Malah sempat terbersit dalam benak pria yang mengaku
bisa bicara sedikit dalam Bahasa Dayak Ngaju ini mengingat mertuanya berasal
dari Tumbang Samba, dan istri lahir di Sampit, jangan-jangan ia bakal gagal
karena keadaan giginya.
Bila dilihat sekilas gigi mantan Ketua Penelitian Unlam
pada 2003-2005 ini tak nampak ada yang rusak, hanya dokter gigi yang bisa
menyebutkannya. (bersambung)
Catatan: Tulisan sudah terbit di Kalteng Pos Oktober 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar