FOTO:
VIVIN
SDKI – Tim
SDKI saat melakukan survei ke Desa Bukit Bamba untuk menggali informasi mengenai
tingkat kelahiran, tingkat kematian, keluarga berencana dan kesehatan.
Ada
Responden yang Sembunyi di Kamar Mandi 6 Jam
PALANGKA
RAYA – Desa Bukit Bamba, Kecamatan Kahayan Tengah, Kabupaten Pulang Pisau
terpilih secara acak untuk dikunjungi tim Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 secara langsung. Di Kalteng tercatat tersampel 43 grup
sensus. Satu grup sensus ada 25 rumah tangga.
Tim yang
dipimpin Deputi Bidang Pelatihan,
Penelitian Dan Pengembangan BKKBN Dra Kasmiyati MSc, dan Badan Kependudukan Dan
KB Nasional Inspektur Utama Badan Pusat Statistik Arizal Ahnaf ini bertanya
langsung ke warga Bawan tentang berbagai hal. Untuk menggali informasi mengenai
tingkat kelahiran, tingkat kematian, keluarga berencana dan kesehatan.
“Dari
semua sampel (warga, Red) yang kami tanyai ada satu hal yang pertanyaan susah
terjawab yakni pertanyaan mengenai penularan HIV/AIDS. Bagaimana cara penularannya yang agak susah dipahami,” terang Kasmiyati,
Senin (11/6) usai mewancarai warga di Desa Bukit Bamba, Tengah Kabupaten Pulang Pisau.
Secara
umum, imbuhnya, dari survei lapangan yang sudah dan dari rencana sampel yang
akan dikunjungi, semuanya sudah sesuai. Mulai sampel rumah tangga, sampel wanita usia
subur, sampel usia kawin dari 15-54
tahun, sampel remaja laki-laki usia 15-24 tahun. Diharapkan sebelum bulan puasa
mendatang (pertengahan Juli) semua bisa
tercover hingga Oktober 2012 semua sudah selesai.
Masih
terkait soal sensus ini, Arizal menyebut
SDKI suatu survei nasional yang dirancang untuk informasi mengenai tingkat
kelahiran, tingkat kematian, keluarga berencana dan kesehatan.
Dikatakannya,
untuk mendapatkan hasil data yang valid kadang petugas sensus harus menghadapi
berbagi hal. Salah satunya penolakan dari responden. Namun petugas sudah
dibekali berbagai teknik pendekatan, tapi dalam prakteknya masih ada saja
responden yang menolak. Namun jumlahnya kecil, dari 25 rumah tangga, ada 1 atau
2 orang saja penghuni rumah yang menolak.
Penolakan
ini, terangnya, bisa jadi karena terlalu sering jadi responden atau jadi
perhatian BPS. Karena itu, ucapnya, perlu ada cara agar jangan ada satu rumah
tangga yang selalu terpilih untuk disurvei. Sebab, responden juga perlu
privasi.
“Ada pula
responden yang takut ditanyai macam-macam. Umumnya ini reponden remaja baik
pria atau wanita. Katanya (petugas survei, Red) ada remaja laki-laki yang
sembunyi di kamar mandi selama 6 jam tidak mau keluar-keluar, saking takutnya
di wawancarai, ada pula yang lari,” tutur Arizal.
Sementara
itu, Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Provinsi Kalteng Benny Benu menyebut, di
wilayah yang di survei secara acak ini tidak ada petugas penyuluh KB di
lapangan. Kekurangan petugas selama ini masih menjadi persoalan sendiri bagi
BKKBN. Melalui SDKI ini nantinya akan dilihat bagaimana kinerja pengendalian
program.
“Kalau
kinerjanya belum optimal akan terlihat dari hasil SDKI. Sehingga bagi kami
BKKBN, ketika survei ini dilakukan, kami tidak tenang, deg-deg-an juga karena
ketika sampling yang ditetapkan di tempat yang tidak ada petugasnya,
berarti program itu tidak berjalan sattle
(mantap, Red),” papar Beni.
Salah satu
cara untuk memenuhi kekurangan petugas, mau tak mau, terangnya, kabupaten/kota
harus mengajukan penambahan PNS untuk petugas lapangan. (viv)
Catatan: Tulisan ini sudah terbit di Kalteng Pos, edisi Selasa (12/6/2012)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar