Rabu, 11 Juli 2012

Merekam Sunset di Malimbu, Senggigi


Traveller: VIVIN GUSTA

Perjalanan jurnalistik kali ini membawa penulis menjejakkan kaki ke pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Bandara Selaparang. Bandara baru yang berjarak sekitar 1 jam dari Kota Mataram ini pindahan dari bandara lama dan baru dioperasikan sekitar 7 bulan.  

Berangkat dari Palangka Raya menuju Surabaya menggunakan Batavia Air, perjalanan sempat tertunda selama beberapa jam akibat delay. Dari Surabaya terbang sore hari menuju ke Mataram, NTB,  memakan waktu kurang lebih satu jam.

Di antara jeda waktu tugas jurnalistik, penulis  membuktikan keindahan Pantai Senggigi.  Kabarnya keindahan pantai di wilayah kepulauan ini tidak kalah dengan pantai di Bali, yang berjarak sekitar 4-5 jam perjalanan menggunakan penyeberangan ferri dari Bali ke Lombok melalui Padang Bay.

Ternyata keindahan Pantai Senggigi yang berjarak sekitar 12 Km dari ibukota NTB, Mataram itu bukan sekedar isapan jempol. Airnya yang membiru jernih, sungguh mengundang untuk bermain air dan sekedar membasahkan diri menikmati hempasan ombak yang lembut menampar tubuh.

“Bagus sekali ya pantainya, jernih,” ucap Heni asal Kalteng, yang datang dengan rombongan ibu-ibu untuk mengikuti acara Hari Keluarga Tingkat Nasional XIX di Mataram.

Beruntung pula hotel tempat menginap tepat berada di bibir pantai. Tak jarang racikan berita, penulis kerjakan di pondok-pondok tepi pantai yang masih masuk kawasan restoran hotel. Tentu saja dengan ditemani tingkahan deburan ombak dan sepoci teh jahe hangat.  Penat liputan sehari penuh pun bagai menguap.

Nikmatnya keindahan alam karunia Tuhan ini makin menghujam, saat langit cerah. Momen keindahan sunset (matahari terbenam) di langit barat yang menggelincir di balik cakrawala di kawasan Malimbu mampu menghadirkan decak kekaguman.   Luar biasa, kala sunset, sinar mentari terlihat seperti garis-garis halus disepanjang cakrawala, dengan lanscape Gunung Agung di pulau seberang, Bali.

Tidak lengkap rasanya bila  mengunjungi sebuah tempat tanpa membawa buah tangan. Deretan toko souvenir berjajar rapi di kawasan Pasar Seni atau Art Market menyediakan berbagai barang kerajinan, seperti kain tenun khas Lombok, kaos, beragam model baju pantai,  kalung dari kerang dan gigi hiu. Ini bisa menjadi oleh-oleh yang unik.  Begitu pula mutiara Lombok yang terkenal.

Namun untuk mutiara ini, wisatawan tak perlu berlelah-lelah mencari, sebab kebanyakan pedagang kaki lima langsung menawarkannya. Harganya pun bervariasi. Mulai dari belasan ribu hingga puluhan juta (bisa pesan ke pedagang).  Untuk mendapatkan harga murah, tentu saja wisatawan harus pandai-pandai menawar. Ada nilai plus pedagang yang jarang ditemukan di tempat lain. Umumnya mereka tidak berbohong soal kualitas barang. Begitu pula  harga yang boleh ditawar. Jadi asal bisa menawar, tentu saja bisa dapat harga murah dengan kualitas barang yang lumayan bagus.  (*)

Sunset

Saat mentari perlahan tenggelam
Perelahan Tenggelam

Warga Kalteng di Malimbu

Catatan: Tulisan ini sudah terbit di Kalteng Pos, edisi Minggu, 8/7/2012 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar