Traveller: VIVIN GUSTA
Perjalanan jurnalistik kali ini membawa penulis
menjejakkan kaki ke pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui Bandara
Selaparang. Bandara baru yang berjarak sekitar 1 jam dari Kota Mataram ini
pindahan dari bandara lama dan baru dioperasikan sekitar 7 bulan.
Berangkat dari Palangka Raya menuju Surabaya menggunakan Batavia Air, perjalanan sempat tertunda selama
beberapa jam akibat delay. Dari Surabaya terbang sore hari menuju ke Mataram, NTB, memakan waktu kurang lebih satu jam.
Di antara jeda waktu tugas jurnalistik, penulis membuktikan keindahan Pantai Senggigi. Kabarnya keindahan pantai di wilayah kepulauan
ini tidak kalah dengan pantai di Bali, yang berjarak sekitar 4-5 jam perjalanan
menggunakan penyeberangan ferri dari Bali ke Lombok melalui Padang Bay.
Ternyata keindahan Pantai Senggigi yang berjarak
sekitar 12 Km dari ibukota NTB, Mataram itu bukan sekedar isapan jempol. Airnya
yang membiru jernih, sungguh mengundang untuk bermain air dan sekedar
membasahkan diri menikmati hempasan ombak yang lembut menampar tubuh.
“Bagus sekali ya pantainya, jernih,” ucap Heni asal
Kalteng, yang datang dengan rombongan ibu-ibu untuk mengikuti acara Hari
Keluarga Tingkat Nasional XIX di Mataram.
Beruntung pula hotel tempat menginap tepat berada di
bibir pantai. Tak jarang racikan berita, penulis kerjakan di pondok-pondok tepi
pantai yang masih masuk kawasan restoran hotel. Tentu saja dengan ditemani
tingkahan deburan ombak dan sepoci teh jahe hangat. Penat liputan sehari penuh pun bagai menguap.
Nikmatnya keindahan alam karunia Tuhan ini makin
menghujam, saat langit cerah. Momen keindahan sunset (matahari terbenam) di
langit barat yang menggelincir di balik cakrawala di kawasan Malimbu mampu
menghadirkan decak kekaguman. Luar biasa, kala sunset, sinar
mentari terlihat seperti garis-garis halus disepanjang cakrawala, dengan lanscape
Gunung Agung di pulau seberang, Bali.
Tidak lengkap rasanya bila mengunjungi
sebuah tempat tanpa membawa buah tangan. Deretan toko souvenir berjajar rapi di
kawasan Pasar Seni atau Art Market menyediakan berbagai barang
kerajinan, seperti kain tenun
khas Lombok, kaos, beragam model baju pantai, kalung dari kerang dan gigi hiu.
Ini bisa
menjadi oleh-oleh yang unik. Begitu pula
mutiara Lombok yang terkenal.
Namun untuk mutiara ini, wisatawan tak perlu
berlelah-lelah mencari, sebab kebanyakan pedagang kaki lima langsung
menawarkannya. Harganya pun bervariasi. Mulai dari belasan ribu hingga puluhan
juta (bisa pesan ke pedagang). Untuk
mendapatkan harga murah, tentu saja wisatawan harus pandai-pandai menawar. Ada
nilai plus pedagang yang jarang ditemukan di tempat lain. Umumnya mereka tidak
berbohong soal kualitas barang. Begitu pula harga yang boleh ditawar. Jadi asal bisa
menawar, tentu saja bisa dapat harga murah dengan kualitas barang yang lumayan
bagus. (*)
| Sunset |
| Perelahan Tenggelam |
| Warga Kalteng di Malimbu |
Catatan: Tulisan ini sudah terbit di Kalteng Pos, edisi Minggu, 8/7/2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar