Oleh: VIVIN GUSTA
Pencitraan. Inilah usaha yang tergambar
pada bakal calon menjelang pesta demokrasi pada 2013 mendatang di Provinsi
Kalteng. Sekalipun masa kampanye belum tiba, namun semua figur yang bakal maju
dalam pertarungan politik mulai mengenalkan dirinya dalam berbagai cara.
Apalagi pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan
Wakil Kepala Daerah (Pilkada dan Wakada) di sejumlah kabupaten. Yakni di Murung
Raya (Mura), Sukamara, Lamandau, Katingan, Barito Timur (Bartim), Pulang Pisau
(Pulpis), Seruyan. Ke-7 kabupaten ini di bulan April 2013. Lalu Palangka Raya
dan Barito Utara (Batara) bulan Juni.
Sementara Kabupaten Gunung Mas melaksanakan Pilkada di bulan September.
Tentu saja ini harus dilakukan,
bila ingin masyarakat pemilik suara memilih bakal calon. Karena itu muncul
anekdot di kalangan masyarakat; kalau mau dikenal jangan pelit-pelit. Perkenalkan
diri dong. Anekdot ini tentu bisa
diartikan dengan seribu makna. Pada intinya, pemilih ingin tahu siapa saja yang
bakal maju bertarung di Pilkada, bagaimana wajahnya, bagaimana sepak
terjangnya? Pantaskah dia dipilih? Inilah yang harus dijawab partai politik
pengusung figur.
Artinya figur yang ingin merebut
kursi pimpinan wilayah dan partai pendukungnya harus rela mengeluarkan rupiah
untuk melakukan pencitraan atau membangun image positif. Misalnya, membuat baliho
besar-besar dengan harga yang mahal untuk mengenalkan dirinya.
Pencitraan memang butuh biaya
mahal. Karena itu tentu sebuah langkah bijaksana bila setelah membangun image
yang baik, lalu mendapat kepercayaan pemilih dan duduk di bangku pemimpin tetap
menjaga citra dirinya. Ini bukan hanya bicara untuk merebut simpati pemilih
saja, namun menjaga citra diri yang baik itu juga bicara tentang karakter.
Seorang pemimpin berkarakter baik
itu seperti sebuah buku terbuka, yang bisa dibaca dan dilihat banyak orang. Contoh
yang sangat mudah dilihat dan jadi trend pemberitaan nasional saat ini Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia bahkan
yang tidak mengenalnya secara pribadi, saat ini mudah memberi acungan jempol
pada Jokowi karena sepak terjangnya dalam upaya pembenahan wilayah yang
dipimpinnya. Nah, ini berbanding terbalik dengan Bupati Garut Aceng Fikri yang
lebih dikenal karena pemberitaan sensasionalnya diurusan syahwat, gara-gara
menceraikan istri sirinya-Fany Oktora hanya melalui pesan singkat.
Urusan
ranjang memang urusan orang per orang. Tapi apakah ini sudah mencerminkan
seorang pemimpin berkarakter, yang bisa memimpin warganya? Tak adil bila langsung menudingkan telunjuk ke Aceng. Namun
setidaknya ini bisa jadi pemikiran bersama bagaimana menjaga citra, sampai
membangun karakter yang berimbas pada pelayanan pada sesama. (*)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar