Rabu, 26 Desember 2012

Mau Dikenal? Jangan Pelit





Oleh: VIVIN GUSTA


Pencitraan. Inilah usaha yang tergambar pada bakal calon menjelang pesta demokrasi pada 2013 mendatang di Provinsi Kalteng. Sekalipun masa kampanye belum tiba, namun semua figur yang bakal maju dalam pertarungan politik mulai mengenalkan dirinya dalam berbagai cara. 



Apalagi pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada dan Wakada) di sejumlah kabupaten. Yakni di Murung Raya (Mura), Sukamara, Lamandau, Katingan, Barito Timur (Bartim), Pulang Pisau (Pulpis), Seruyan. Ke-7 kabupaten ini di bulan April 2013. Lalu Palangka Raya dan  Barito Utara (Batara) bulan Juni. Sementara Kabupaten Gunung Mas melaksanakan Pilkada di bulan September. 



Tentu saja ini harus dilakukan, bila ingin masyarakat pemilik suara memilih bakal calon. Karena itu muncul anekdot di kalangan masyarakat; kalau mau dikenal jangan pelit-pelit. Perkenalkan diri dong. Anekdot ini tentu bisa diartikan dengan seribu makna. Pada intinya, pemilih ingin tahu siapa saja yang bakal maju bertarung di Pilkada, bagaimana wajahnya, bagaimana sepak terjangnya? Pantaskah dia dipilih? Inilah yang harus dijawab partai politik pengusung figur. 



Artinya figur yang ingin merebut kursi pimpinan wilayah dan partai pendukungnya harus rela mengeluarkan rupiah untuk melakukan pencitraan atau membangun image positif. Misalnya, membuat baliho besar-besar dengan harga yang mahal untuk mengenalkan dirinya. 



Pencitraan memang butuh biaya mahal. Karena itu tentu sebuah langkah bijaksana bila setelah membangun image yang baik, lalu mendapat kepercayaan pemilih dan duduk di bangku pemimpin tetap menjaga citra dirinya. Ini bukan hanya bicara untuk merebut simpati pemilih saja, namun menjaga citra diri yang baik itu juga bicara tentang karakter. 



Seorang pemimpin berkarakter baik itu seperti sebuah buku terbuka, yang bisa dibaca dan dilihat banyak orang. Contoh yang sangat mudah dilihat dan jadi trend pemberitaan nasional saat ini Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Bagi kebanyakan masyarakat Indonesia bahkan yang tidak mengenalnya secara pribadi, saat ini mudah memberi acungan jempol pada Jokowi karena sepak terjangnya dalam upaya pembenahan wilayah yang dipimpinnya. Nah, ini berbanding terbalik dengan Bupati Garut Aceng Fikri yang lebih dikenal karena pemberitaan sensasionalnya diurusan syahwat, gara-gara menceraikan istri sirinya-Fany Oktora hanya melalui pesan singkat. 

Urusan ranjang memang urusan orang per orang. Tapi apakah ini sudah mencerminkan seorang pemimpin berkarakter, yang bisa memimpin warganya? Tak adil bila  langsung menudingkan telunjuk ke Aceng. Namun setidaknya ini bisa jadi pemikiran bersama bagaimana menjaga citra, sampai membangun karakter yang berimbas pada pelayanan pada sesama.  (*)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar