Minggu, 15 September 2013

Kisah Ekspedisi Khatulistiwa 2012 di Murung Raya

Hanya 37 Orang yang Lolos Seleksi Ritual Adat

Menembus hutan belantara Gunung Bondang bukanlah hal mudah, terlebih tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012 yang terdiri dari ratusan anggota. Dari jumlah tersebut hanya 37 orang saja yang berhasil melewati seleksi ritual adat. Seleksi ini baru yang pertama dari rangkaian ritual yang harus dilakukan untuk memasuki kawasan gunung Bondang. 

SEVENTIN, Palangka Raya

Secara geografis, keberadaan Gunung Bondang cukup unik karena menjadi satu-satunya Gunung yang menjulang tinggi bukan saja di Kabupaten Murung Raya tetapi di Provinsi Kalimantan Tengah. Puruk Batu Bondang memiliki 2 Puncak tertinggi yaitu Karewa dengan ketinggian 1410 MDPL dan Puncak Lapak Pati 1400 MDPL dengan beberapa anak puncak. Di antara beberapa puncak tersebut ada 3 puncak lainnya seperti Uwoi Pungkung, Anak Uning dan Tintai Tamiang yang terdata oleh tim dengan ketinggian di bawah 1400 MDPL. Gunung bondang sendiri adalah ikon Kabupaten Murung Raya (Mura) yang dijuluki Tana Malai Tolung Lingu, berdasarkan hasil temuan Tim Ekspedisi Khatulistiwa 2012, wilayah gunung ini menyimpan potensi alam yang luar biasa. 

Bukan saja flora dan faunanya yang masih terjaga keasliannya, potensi wisata seperti Air Terjun dan goa pun bisa dijumpai disini. Mulai dari desa kolam, desa Saruhung hingga ke Puruk Batu Bondang. Untuk air terjun terbesar diantaranya yaitu air terjun Ongkong Kongkai dan Gua Mahaju. "Semua kekayaan alam yang dimiliki Mura ini bisa menjadi sumbangan bagi ilmu pengetahuan. Informasinya ada spesies-spesies yang diduga baru dan akan ditindaklanjuti oleh tim ekspedisi," kata Wakil Bupati Mura Nuryakin, kepada Kalteng Pos.

Sementara itu salah seorang staf Humas Pemkab Mura yang ikut dalam tim ekspedisi wilayah Mura menyebuy, sebagian besar anggota tim ekspedisi kali ini adalah TNI dari sub korwil 04 Murung Raya, namun ada pula anggota tim dari masyarakat sipil. Tujuan dari ekspedisi ini untuk meneliti dan mendata potensi yang ada di kawasan gunung Bondang. "Sebelum memulai ekspedisi, dilakukan lebih dulu rangkaian ritual adat," terang Joko. 

Usai seleksi ritual adat yang disebut masyarakat setempat dengan Basi di km 45 yang menjadi base camp ekspedisi. Ritual berlanjut dengan potong pantan saat tim ekspedisi mencapai desa Sahurung di kaki Gunung Bondang. Masih dalm rangkaian ritual tahap pertama, para penjelajah diberi gelang adat berbahan baku dari rajutan kulit kayu khusus. Persiapan pra pendakian berakhir dengan menaburkan beras kuning dan putih kepada para pendaki. 

Joko menyebut, saat berada di kawasan kaki pegunungan tim kembali melaksanakan ritual tahap kedua di bawah kaki Puruk Batu Bondang sebutan dalam bahasa Dayak Siang untuk Gunung Bondang. Mereka menyembelih dua ekor ayam berbulu putih dan merah sebagai sesajian untuk memohon izin kepada makhluk penunggu gunung sekaligus hadiah selayaknya orang bertamu. 

Ritual ini dilakukan oleh Pak Tonok seorang kuncen (Pemandu) tokoh adat dari desa Saruhung. Hari pertama tim ekspedisi harus bermalam di kaki gunung Bondang, hal ini dilakukan agar kuncen memiliki waktu berdialog dengan kepada penunggu gunung. Tujuannya untuk menjelaskan maksud keberadaan tim yang akan melakukan ekspedisi, supaya makhluk gaib di Puruk Batu Bondang tidak salah paham. Maka dengan ini berakhirlah hari pertama penjelajahan tim ekspedisi Khatulistiwa 2012. (Bersambung) 



Bertemu Kakek Bertapa Terbalik dan Tolung Lingu, Tanaman 
Menurut mitos yang beredar di warga desa seputar Gunung Bondang, selama berada di Kawasan Puruk Batu Bondang ada beberapa pantangan. Seperti berkata jorok, berteriak, tertawa keras, buang hajat sembarangan, serta mengambil sesuatu tanpa permisi. Dampak negatif yang bisa terjadi seperti kesurupan atau sakit tanpa sebab atau berubahnya cuaca menjadi ekstrim secara mendadak. 


SEVENTIN, Palangka Raya

Selain hal negatif ada pula hal positif yang terjadi apabila para penunggu Puruk Batu Bondang senang akan kehadiran orang yang berkunjung. Biasanya disebut warga dengan "ketuahan" atau keberuntungan dengan menemukan benda-benda aneh atau hewan dan tanaman dengan nilai ekonomis atau magis tinggi. Lamanya waktu pendakian yang dikomandoi oleh Letnan Satu Infanteri Petrus Suryo Prabowo ini mencapai 4 jam perjalanan dan panjangnya ritual dan kurangnya logistik yang dibawa ke puncak Karewa mengharuskan tim turun kembali kaki gunung. 


Keesokan harinya pada pendakian yang kedua cuaca di Puruk Batu Bondang kurang bersahabat, tim yang ada jumlahnya berkurang beberapa orang, karena tak melanjutkan mendaki. "Tumbuhan yang dianggap sakral oleh warga setempat dan menjadi semboyan Murung Raya yaitu Tana Malai Tolung Lingu ternyata bukan sekedar cerita saja. Saat tim mendaki dijumpai Tolung Lingu (sejenis bambu) memang tumbuh di puncak Lapak Pati. Walaupun, untuk Tolung Lingu tidak memungkinkan untuk dijadikan sampel tetapi tim sempat mengabadikannya dengan kamera foto," jelas Joko Santoso, staf Humas Pemkab Mura yang ikut dalam ekspedisi. 

Ia menambahkan, salah seorang anggota tim melihat penampakan makhluk astral Puruk Batu Bondang, berupa sosok pertapa tua yang bermeditasi dengan posisi terbalik dengan kepala di bawah dan kaki di atas, berusia sekitar 80 tahun. Rambut dan jenggot panjang memutih dan kuku panjang, kakek ini berada di pohon yang sudah mati berdempetan dengan batu yang ditutupi tebalnya akar beringin tak jauh dari puncak Karewa. 

Temuan supranatural ini sayangnya tidak bisa diabadikan dengan kamera video maupun kamera foto walaupun sudah berulang kali dicoba, tetapi tetap saja tidak bisa diabadikan. Anehnya apa bila diamati secara kasat mata bisa tampak jelas telihat. Bila pada pendakian pertama suhu di puncak berkisar 13 derajat Celcius sampai 15 derajat Celcius, di hari kedua berubah menjadi 7 derajat Celcius hingga 11 derajat Celcius. 

Kondisi yang kurang menguntungkan memaksa tim bermalam di Puncak Karewa dan di hari yang ketiga melanjutkan pendakian menuju puncak kedua yang di sebut Lapak Pati. Puncak kedua berhasil dicapai walau dengan cuaca yang masih tidak bersahabat dan tertutup kabut tebal pada bagian puncak. Tim mendaki dengan tubuh basah kuyup. Penaklukan puncak Lapak Pati ditandai dengan berkibarnya Bendera Merah Putih di Puncak Lapak Pati di ketinggian 1400 MDPL. (Bersambung)





 Ada Udang Hidup di Lumut, Anggrek Tiga Warna, Jamur Merah Putih
Mengabadikan petualangan Tim Ekspedisi Khatulistiwa melalui rekaman kamera dan lensa menjadi bagian penting dalam penjelajahan ini. Sebab banyak kekayaan alam baik flora dan fauna yang bisa dikatakan unik dan langka.


SEVENTIN, Palangka Raya
 Selama melakukan pendakian menuju menuju puncak Gunung Bondang, banyak flora fauna yang unik di temukan tim. Diantara temuan yang terbilang langka tersebut adalah sejenis udang. Letak keunikan udang ini adalah dari media hidupnya. Jika udang biasa kerap ditemui di perairan, maka udang Gunung Bondang mampu hidup di sela-sela rimbunnya lumut basah yang tumbuh endemik di Puncak Lapak Pati (puncak kedua di Gunung Bondang).

Hewan lain yang cukup unik yang dijumpai tim di kawasan Gunung Bondang adalah Kura-kura yang mampu hidup di tengah gunung jauh dari sumber air dengan kondisi cangkang yang ditumbuhi lumut. Selain itu tim juga menemukan jenis anggrek dengan kuntum bunga yang memiliki 3 corak warna atau dikenal dengan three color dari genus yang belum diketahui. 

Fauna lainnya yang berhasil ditemukan serta belum diteliti jenisnya yaitu jamur yang tumbuh di antara tebalnya lumut dengan corak warna yang kontras merah dan putih. "Flora dan fauna yang ditemukan tim di Gunung Bondang akan dilaporkan tim ekspedisi dan selanjutnya diserahkan ke para peneliti untuk ditindaklanjuti. Kita berharap melalui penelitian itu kekayaan alam yang ada bisa dijaga dan dilestarikan," ucap Wakil Bupati Mura Nuryakin, kepada Kalteng Pos beberapa waktu lalu menyikapi keunikan temuan flora dan fauna di Gunung Bondang. 

Sementara itu, staf Humas Pemkab Mura Joko Santosa menyebut selama berada di kawasan Gunung Bondang merupakan pengalaman yang tak terlupakan. Keakraban pun terjalin di antara sipil dan militer. "Banyak pengalaman yang bisa di pelajari khususnya warga sipil yang ikut dalam penjelajahan dan penelitian Gunung Bondang. Seperti cara berkemah dengan nyaman dan menggunakan peralatan ala militer dalam bertahan hidup dalam hutan," terang Joko. 

Sekembalinya tim ke desa tempat awal mereka berangkat langsung disambut dengan upacara adat Pembersihan dengan pemberian gelang seperti di awal penyambuatan. Dilanjutkan pembentangan kain di atas kepala seluruh tim ekspedisi dan beberapa orang memecahkan piring putih sebagai tanda pelepasan pengaruh negatif dari makhluk gaib gunung Bondang. Ritual ke empat yang juga adalah ritual adat terakhir setelah melakukan penjelajahan ditutup dengan pesta kecil dengan makan dan minum bersama. (Habis)


Catatan: tulisan ini sudah terbit di Kalteng Pos, Selasa/ 10 Juli 2012, Rabu/11 Juli 2012, Kamis/ 12 juli 2012 

Overlay Jalan RTA Milono Telan Dana Rp 4 M



FOTO: SEVENTIN/ RADAR PALANGKA

PERAWATAN: Jalan RTA Milono yang masuk dalam jalan nasional dan mendapat anggaran perawatan dari APBN senilai Rp 4 M.



Leonard: Sampit – Bagendang Sudah Ditangani Sesuai Porsi

PALANGKA RAYA – Sudah 7 bulan ini Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi melakukan perawatan sekaligus melakukan perkerasan (overlay) Jalan RTA Milono secara bertahap. Tak heran sejumlah alat berat, terlihat di beberapa lokasi di sepanjang jalan tersebut. Bahkan di beberapa spot, nampak kepulan debu tanah memenuhi udara. Terutama saat siang hari. Sementara di bagian jalan lainnya, tepatnya di jalan RTA Milono Km 3 jalan sudah mulus diaspal. Namun di RTA Milono Km 7  hingga Km 9 pekerjaan baru pada tahap pembersihan badan jalan, dengan mengeruk pinggiran aspal yang ditutupi tanah.

“Saat ini memang sedang dilakukan penanganan jalan nasional di Jalan RTA Milono sepanjang 5,88 Km pada spot-spot tertentu. Dana yang dianggarkan sebanyak Rp 4 miliar,” kata Kepala PU Provinsi Kalteng Leonard Ampung, kepada Radar Palangka, Selasa (10/9).

Dijelaskannya, waktu pelaksanaan itu dimulai sejak Maret sampai 20 September mendatang dengan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN).

Sementara itu, saat disinggung tentang adanya ungkapan kekesalan Ketua DPD Partai Golkar yang juga Wakil Ketua DPRD Kotawaringin Timur (Kotim) Supriadi yang menyebut Pemerintah Provinsi Kalteng seperti menganaktirikan penanganan ruas jalan Sampit-Bagendang, Leonard tak banyak komentar.
“Kita, Pemprov sudah melaksanakan pekerjaan di lapangan yaitu pengecoran sesuai porsi dalam penandatanganan kesepakatan para pihak dimaksud,” ucapnya melalui pesan singkat.

Sekedar mengingatkan beberapa waktu lalu sudah ada kesepakatan antara Pemprov Kalteng, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kotawaringin Timur (Kotim), Pemkab Seruyan, dan konsorsium perusahaan yang dipimpin PT Pelindo III untuk menangani penyelsaian jalan Sampit – Bagendang.  Kesepatakn yang dicapai diantaranya; Pemprov Kalteng membangun rigid pavement sepanjang 2,9 Km, aspal 3,4 Km dan bangunan struktur bawah dengan biaya Rp 41,5 miliar lebih. Pemkab Kotim membangun jalan dengan rigid pavement dan aspal sepanjang 1,002 Km dengan biaya Rp 8,3 miliar lebih. Pemkab Seruyan membangun rigid pavement dan aspal sepanjang 544 M dengan anggaran Rp 4,1 miliar lebih. Pengusaha yang tergabung dalam konsorsium, dipimpin PT Pelindo III membangun rigid pavement sepanjang 3,931 Km dengan biaya Rp 29,1 miliar. (sev)

Catatan: sudah terbit di Radar Sampit. Lihat di www.radarsampit.net 

Jaga Stabilitas Harga, Kadivre Bulog Jual Beras Eceran



FOTO: SEVENTIN/RADAR PALANGKA
JUAL BERAS ECERAN: Kepala Perum Bulog Divre Kalteng Soedjono (kanan) dan Kabid Pelayanan Publik Asep Buhori (kiri) di depan gerai jualan beras.




Sehari Laku 400 Kg, Pelanggannya Mulai dari  Tukang Pentol

Pasar Penyeimbang yang digagas Pemerintah Provinsi bekerjasama dengan Pemerintah Kota Palangka Raya sudah berakhir sejak 16 Agustus lalu. Agar harga komoditas tetap terjaga, terutama beras Perum Bulog Divre Kalteng pun berinisiatif membuka gerai beras eceran.

SEVENTIN, Palangka Raya
Beberapa waktu ini di luar pagar kantor Perum Bulog Divre Kalteng, berdiri tenda kecil dan spanduk yang bertulisan Bulog menjual beras dengan merek dan harga beras perkilo. Karung beras pun diletakkan di atas meja, lengkap dengan timbangan.

“Sejak 18 Agustus lalu Bulog memang melakukan penjualan beras, baik di depan kantor dan di Bulog Mart di Jalan Temanggung Tilung,” kata Kepala Perum Bulog Divre Kalteng Soedjono didampingi Kabid Pelayanan Publik Asep Buhori kepada Radar Palangka, Selasa (10/9). 

Ia menyebut, sejak Pasar Penyeimbang berakhir banyak masyarakat yang kecewa. Untuk mengatasi itu, pihaknya pun berinisiatif membuka penjualan beras. Sekaligus meneruskan apa yang pernah diucapkan Gubernur Kalteng Agustin Teras Narang tentang pentingnya menjaga stabilitas harga dengan membukla Pasar Penyeimbang, yang dilanjutkan Bulog.

“Ternyata minat masyarakat luar biasa, dalam 1 hari rata-rata 400 Kg (4 kwintal) beras yang laku terjual. Kadang ada yang beli 1 Kg, ada yang beli 2 Kg. Seperti pedagang pentol keliling, tukang ojek yang sering mampir untuk beli 1 Kg beras. Begitu juga tukang sayur, termasuk bapak-bapak yang membawa gerobak, beli 1 Kg. Terlihat sekali gerai Bulog ini sangat membantu masyarakat,” urainya.

Dijelaskannya, Bulog juga tidak membatasi jumlah penjualan beras selama untuk konsumsi sendiri dan pembelian masih dalam tahap kewajaran. Namun  jika ditengarai beras yang dibeli itu  akan dijual kembali, maka akan dibatasi.

Ia menyebut ada beras yang dijual sesuai dengan lidah masyarakat Kalteng pada umumnya, yakni beras lokal seperti beras Unus, Karang Dukuh, juga beras Jawa seperti merek Rojo Lele dan Reog. Jenis berasnya sendiri dibagi dalam kategori premium dan medium.

Selain di Palangka Raya, Soedjono menyebut sudah menginstruksikan Sub Divre Bulog Kapuas, Pangkalan Bun, Sampit, Muara Teweh dan Buntok untuk menjual beras melalui Bulog Mart untuk melayani kebutuhan beras masyarakat setempat.

Untuk saat ini, paparnya, Bulog belum menjadwalkan sampai kapan penjualan beras itu berakhir. Selama masih banyak permintaan, maka Bulog berupaya menyediakan. Tujuannya tetap agar stabilitas harga beras terjaga. (*)

Catatan: sudah terbit di Radar Sampit. Bisa dibuka di www.radarsampit.net  

Atur Kependudukan, Libatkan Tokoh Agama



Si Biru, mobil pelayanan KB

PALANGKA RAYA – Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) boleh bernafas lega. Program pengendalian penduduk di Bumi Tambun Bungai bisa dikatakan berhasil secara nasional. Kendati demikian, masih ada 10 provinsi lain yang harus mendapatkan perhatian khusus. 
 
“BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) akan terus melibatkan tokoh agama untuk berperan serta dalam sosialisasi program KKB (Kependudukan dan Keluarga Berencana) dan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera),” kata Kepala Perwakilan BKKBN Kalteng Kusnadi SH, Selasa (10/9).

Dijelaskannya, untuk Kalteng keberhasilan pengaturan jumlah penduduk sebagian sudah di atas nasional, tapi bukan berarti kita harus berdiam. Bagaimanapun Kalteng adalah bagian dari negara kesatuan RI, yang apabila tidak diantisipasi, masalah kependudukan akan terjadi juga di Kalteng.

Ia juga menyebut Kepala BKKBN Fasli Jalal berencana menaikkan anggaran untuk revitalisasi program kependudukan dan KB senilai Rp 200 miliar pada 2014. Semula anggaran BKKBN hanya Rp 2,6 triliun dan rencananya akan dinaikkan menjadi Rp 2,8 triliun.

Anggaran itu untuk meningkatkan pelayanan program KB di provinsi-provinsi penyangga agar total kelahiran penduduk secara nasional bisa ditekan lebih rendah. Ke-10 provinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat  dan NTT. Ditambah dengan 3 provinsi yang perlu mendapat perhatian khusus karena total fertility rate (TFR)-nya yang tinggi yakni DKI Jakarta, Papua dan Papua Barat.

Pelayanan program KB yang dimaksud antara lain penyediaan alat kontrasepsi gratis terutama untuk alat kontrasepsi jangka panjang dan meningkatkan akses masyarakat kepada layanan KB. Sebab penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD, vasektomi, tubektomi dan pemasangan implant masih sangat rendah.

Untuk meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, BKKBN akan menggerakkan semua lini termasuk satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang ada di Pemda (pemerintah daerah). Mereka diharapkan memberikan dukungan program KB dan kependudukan antara lain melalui pembinaan kader KB di bawah SKPD yang ada serta program sosialisasi KB di semua unit.

Targetnya penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang yang saat ini baru 15 persen bisa ditingkatkan minimal menjadi 17,5 persen pada akhir 2014. (sev)

SDM Tak Berkualitas, Beban Pembangunan


PANCASILA - Kondisi kependudukan masih menjadi tantangan bagi pembangunan Indonesia pada umumnya dan Kalteng pada khususnya. Berbagai temuan  empirik menunjukkan bahwa tingkat kemajuan suatu bangsa sebagian besar ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia (SDM) dan bukan oleh melimpahkannya sumber daya alam (SDA).



“SDM yang berkualitas akan menjadi modal dasar pembangunan, begitu juga sebaliknya apabila sumber daya manusia tidak berkualitas akan menjadi beban pembangunan,” tegas Kepala Perwakilan Badan Koordinasi Keluarga Berencana (BKKBN) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Kusnadi SH, Senin (2/9).



Untuk itu, imbuhnya, setiap keluarga harus merencanakan memiliki anak-anak berkualitas sebagai SDM pembangunan di masa depan. Caranya dengan mengatur dan merencanakan usia pernikahan, serta mengatur dan merencanakan kehamilan.



Secara umum, imbuhnya, untuk mengatur kependudukan BKKBN sudah menyiapkan visi dan misi. Visi BKKBN: “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”. Misi: “Mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan guna mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera.”



Untuk mencapai visi dan misi itu, terang Kusnadi,  BKKKBN telah mengupayakan beberapa hal. Yakni; (1) Memaksimalkan program-progrm kependudukan dengan melibatkan mitra kerja utama seperti pusat penelitian universitas, koalisi kependudukan, Fasedu serta mitra kerja lainnya. (2) Memaksimalkan program-program KB, antara lain pelayanan KB Rumah Sakit (PP/PK), pelayanan rutin, pelayanan KB melalui pembinan wilayah dan kerjasama dengan mitra kerja dan swasta. (3) Memaksimalkan Pusat Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja/Mahasiswa bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Universitas guna menyiapkan remaja/mahasiswa memahami Triad KKR. (4) Memaksimalkan program ketahanan dan pemberdayaan keluarga. (5) Memaksimalkan program penguatan keluarga kecil bahagia sejahtera.



“Untuk itu, tentu saja BKKBN Kalteng tidak bisa bekerja sendiri, tapi perlu keterlibatan semua elemen. Sebab pengaturan penduduk dan penyiapan SDM bagi masa depan, merupakan tanggungjawab kita bersama,” pungkasnya. (sev)


Catatan: berita ini sudah terbit di Radar Sampit. Bisa diliat di www.radarsampit.net